Saturday, September 12, 2015

BATASAN alias boundaries

Tau nggak, apa yang menurut saya hampir punah di dunia sekarang-sekarang ini? Selain common sense, empati, manner, dan Orang Utan?

BATASAN.

Kita mungkin lebih sering dengar istilah 'Boundaries'. Nah, lebih familiar kan?

Setelah sekian lama nggak ngeluh di blog, saatnya ngeluh lagi saking nggak habis pikir. Semoga saya masih bisa nyolot kaya dulu yah. (Saya nyolot? Situ kali yang sensitip! -- Gosh, I just realise how I love this too much in the past!)

Tau kan rasanya punya teman yang sok akrabnya kelewatan banget? Dalam satu gank pasti ada minimal satu yang model begini. Kalau kamu nggak punya, mungkin kamu orangnya... hehehe becanda. Nggak deng, nggak becanda. Coba ngaca.

Saya punya beberapa teman baik, yang kalau mau ngomong apapun sama mereka yah udah nggak pakai saringan lagi. Ngatain apapun mereka tahu bahwa saya sayang mereka, dan pasti ada alasannya kenapa saya ngatain mereka (biasanya sih karena 'pengen' :D), dan saya pun terima aja kalau mereka cetotin saya kaya apapun.

But that's it. Sisanya ya kami sadar bahwa dalam hidup ini, kita punya batasan.

Contoh.
Saya ini sering banget main ke rumah BFF saya (ih jijik yah udah tua pakai bahasa beginian hihihih), dan seringnya sih saya ngambil gelas sendiri.. atau nyomot cemilan di atas meja. TAPI. Saya kalau mau buka kulkasnya itu sungkan setengah mati.. biasanya nunggu disuruh dengan kata-kata semacam, "Cari sendiri di kulkas!" Dan kalaupun saya bilang mau buka itu juga saya PASTI dimarahin sama dia dengan kata-kata kayak, "Buset ah beb pake ijin, kaya sama siapa aja sih!"

Untuk cari cemilan yang lebih yahud dari yang di atas meja dan adanya di rak khusus cemilan, saya bahkan nggak pernah minta! Menurut saya, ada baiknya batasan saya hanyalah sampai mencomot yang jelas ada di depan mata. Atau seperti ngambil gelas di dapur dan isi air mineral dari dispenser.

Bahkan saat saya nggak bermobil karena si ungu dipakai, dan saya harus kerja keluar rumah yang tempatnya nggak bisa dijangkau oleh angkot dan harus ngojek atau naksi (saat itu belum ada gojek yah), dengan entengnya dia bilang untuk ambil dan pakai aja mobilnya. Tentu saja saya tolak!

Kenapa? She's your BFF anyway? I know, tapi saya dibesarkan dengan rasa nggak enakan (dari mama saya), yang kadang merepotkan juga. Tapi menurut simama, punya sedikit rasa nggak enakan atau sungkanan itu justru yang mempererat persahabatan. Cos it's a proof of RESPECT. Ha! I must say she has a point.

Lebaran tahun ini, saat ART BFF saya pulang kampung dan kembali ke Jakarta agak telat, kami mengatur waktu sedemikian rupa sehingga saat saya senggang, saya bisa membantu dia menjaga sang 1+yo boy; terutama karena BFF sedang berbadan dua jadi nggak boleh terlalu banyak gendong bocah gendut itu. Jasa yang saya berikan nggak seberapa banget ya, toh saya puas main sama anaknya, tapi ya ampunnnnnn yaaaa makasihnyaaaaa nggak kelar-kelar. Saya mengatakan hal yang sama ke dia, "Ya elah, kaya sama siapa aja sih lo, beb."

Saat dia mau minta tolong saya untuk angkat si panda kecil pun dia akan awali dengan kata "sori beb...." atau, "maaf beb...." - iya kami memang ber-bab beb sejak dulu.

Terdengar tidak akrab yah? Percayalah, kami ini udah kaya anak kembar.. tapi batas yang kami set tanpa janjian ini justru mempererat persahabatan kami karena saya dan dia sama-sama tau kami saling menghargai dan dihargai. Ini asyik banget, lho.

Ada lagi teman baik yang lain, saat kalau kami janjian (doi pengangkot) dia selalu minta saya langsung ketemu di tempat janjian, atau kalau sejalan pun dia akan minta dijemput di tempat yang mudah untuk saya lewati. Padahal saya naik mobil tinggal ngegas-rem doang kan. Tapi itulah yang bikin saya respek sama dia.

Oke itu contoh yang bagus. Nah contoh yang jelek... sayangnya banyak banget.

Ada satu teman kalau nebeng mobil saya, kakinya naik ke dashboard. I mean, seriously? Waktu koko saya masih di Jakarta dan dia yang nyetir, saya sering begitu... but it's my car, man! I can squat, or plank, or whatever I want becos it's my freakin' car!

Ada lagi teman lain yang suka 'ngintip' isi tas saya (memang kebiasaan buruk nih, tas sering terbuka resletingnya - tapi bukan alasan untuk liat-liat ngelongok ke dalamnya, dong?) lalu komentar tentang isi tas saya, lah, berantakan, lah. Dih?! Who are you? My mom, is it?!

Kasus yang nggak kalah nyebelinnya adalah satu orang ini, pernah ngambil HP saya yang saya taruh di dalam tas (yang lagi-lagi resletingnya menganga) saat saya sedang cuci tangan karena... sumpah saya nggak tahu ngapain dia ngambil HP saya. Mannernya memang kurang aja, kali.

Manusia-manusia yang suka nyosor nyeruput minuman, atau nyedot sedotan di minuman saya tanpa ijin. sighhhhhhhh Makanan juga gitu.

Dulu ada satu orang, laki-laki pula, yang kalau masuk kamar saya main nyelonong aja. Ini orang sih saya damprat abis-abisan. Gimana kalau saya lagi ganti baju, atau lagi nggak pakai BH? Serius yah, ketok pintu itu kan sopan santun standar banget!

Ada lagi nih seorang teman yang hire saya untuk satu pekerjaan, dan karena merasa dia sudah bayar saya lalu dia bisa memperlakukan saya seperti jongosnya. Man, you hired me as a professional, I'd appreciate it if you treated me like one. I made sure I've done my work and poof, gone.

Contoh yang saya sebut diatas juga mayoritas saya damprat sih (tapi ada juga yang saya ignore sih hehe) Yah saya memang tukang damprat. Lalu dibilangnya saya judes. Saya yang judes, apa situ yang keliwatan????? Pret!

Ada juga yang nggelendotan kayak koala kalau ketemu saya. I mean, okay we are friends but we don't have to embrace each other everytime we meet la. A simple cipikacipiki would be perfect. Yah mungkin beberapa orang senang digelendotin, tapi definitely not me. KEEP.YOUR.DISTANCE.PLEASE kthxbye.

Tau dong ada jenis laki-laki yang tangannya suka merocot kemana-mana kalau lagi ngomong? Towel lengan kek, pundak lah, OH MY GOD, JUST STAHP!!! Semenjak saya damprat orang ini, dia cukup sopan sekarang - so I think I was quite mean but hey it works! 

Terus ada lagi yang suka sok akrabnya sumpah kelewatan banget. Deket juga kagaaaaa, tiba-tiba manggil yang, beb, dut, say, atau tiba-tiba pas chat bilang *hugs* Dude! Really?!

Tau nggak sih, saya mau buka lemari mama saya aja saya permisi dulu, lho. Mau numpang ngeprint di kamar papa ajah saya ijin dulu, lho. Mau pinjam barang koko atau Alwin, saya pasti ngomong dulu. Cos that's just the way we were raised. 

Tapi kesannya saya ngejudge banget yah bahwa teman-teman saya yang kurang sopan ini nggak diajarin sama orang tuanya. But that might be true, my friends, sorry to say. Saya percaya kebiasaan yang baik sebagian besarnya pasti diturunkan dari keluarga - sayangnya, yang jelek juga begitu.

Saya nggak ngerti kenapa orang-orang bisa segitunya banget kelakuannya. Saya pikir hal-hal kaya begini harusnya nggak sulit untuk diidentifikasi sebagai hal yang menyebalkan. Entah saya yang memang bukan berasal dari dunia ini, atau........ ahh, sudahlah.

Saya capek, kak.
Kalau memang saya alien, biarkan saya pulang ke planet asal saya!


No comments:

Post a Comment

only accept either nice comments, or silly ones ;-)