Sunday, March 27, 2011

smartphone for (not so) smart people.

Kata orang, kemajuan jaman adalah: saat meraih dunia hanyalah sejauh satu sentuhan jari.

Kayak internet, siapa sih jaman sekarang yang nggak tau kegunaan internet? Dari nenek-nenek, sampai bocah SD udah gape pakai internet (bahkan konon katanya anak SD jaman sekarang diajari di sekolah bagaimana cara menggunakan google untuk mencari suatu topik. Keren ya?).

Belum lagi maraknya smartphone baik yang tombolnya buanyaaaak sampai layar sentuh, dari merk lokal, cina sampai kanada yang dengan begitu mudahnya terkoneksi pada internet. Seorang teman bercerita pada saya bahwa asisten rumah tangga-nya pun memiliki akun fesbuk.

Saya cukup yakin pengunaan pulsa para asisten rumah tangga tersebut pasti diatas penggunaan pulsa saya. Hihihi.

Sebagai penikmat teknologi, saya pun cukup excited dengan apapun perkembangannya. Tidak perlu repot mengingat tanggal ulang tahun teman-teman, reminder yang tertera di pojok kanan atas jejaring sosial favorit sejuta umat telah sukses membuat saya (dan kamu kamu semua) menjadi orang yang tidak pernah melupakan ulang tahun teman-temannya.

Berkirim surat atau dokumen pun sekarang dipermudah. Kalau dulu hardcopy adalah segalanya (walaupun hanyalah berupa dokumen yang di fotokopi), saat ini tinggal scan, lalu attach dan send. Mudah sekali!

Sebut, belanja online. Dulu harus muter-muter mal, atau mangga dua. Sampe pegel, keringetan, belom lagi harus keluar biaya makan, biaya parkir, ngemil, terus belanja ini itu yang lucu-lucu. #eh! Kalau sekarang, tinggal klik, klik, sms, transfer, dan nunggu barangnya datang. Yaa, kekurangannya sih, bisa salah ukuran, atau bahan dan foto nggak sinkron. Paling apes yaa, ternyata duit kita dibawa kabur :(

Di sisi sebaliknya, untuk promosi bisnis/usaha kita juga, asik banget sekarang.. tinggal build satu web/blog atau bahkan akun baru di fesbuk, voila!

Ngobrol dengan teman di luar pulau atau luar benua pun jadi lebih mudah. Dulu hanya bisa text chatting, lalu bisa audio chat, sekarang pakai skype atau facetime bisa tatap-tatapan.


Life should be easier with technology!

... should be, loh.

Nyatanya, terkadang hidup saya malah jadi semakin susah, bukan karena saya gaptek (yaa ga gape gape amat sih, tapi ga sampe gaptek juga deeeeh) tapi karena nilai dari suatu komunikasi sudah bergeser mundur rupanya.

Contoh, saat dahulu BB belum marak, apabila ada telepon atau hendak membalas SMS aja rasanya risih, sampai-sampai kata "maaf" biasanya terucap sebelum seseorang mengalihkan perhatiannya sejenak untuk mengangkat telepon atau membalas pesan tersebut.

Sekarang? Duduk satu meja tapi dua-duanya asik bermain dengan gadget-nya. Mengobrol sudah tidak seru lagi karena sang lawan bicara seringkali teralihkan perhatiannya karena asik dengan ponselnya.

Sampai-sampai saya malas kalau diajak bertemu dengan beberapa oknum (hey, it could be you..tee-hee!) karena buntut-buntutnya kejadiannya bakalan kayak begitu lagi. Neg-think? Mungkin juga. Tetapi hal kaya gitu sudah membudaya, rupanya. Jadi mungkin untuk saya (yang nggak ber-BB) rasanya menyebalkan sekali, tapi untuk BB abuser, ah.. biasa aja lagi!

Yak, postingan ini ditujukan untuk para BB abuser (pengguna BB yang nganu-nganu gitu deh), so if you think you're one of them and you think you might be pissed by this, SCRAM!

Btw, beberapa kali saya ditabrak sama para BB abuser tersebut karena matanya sibuk tertuju pada sang gadget, sambil jalan, dong! (tolong di garis bawahi kata 'ditabrak'-nya)

Tanpa bermaksud menyerang siapapun yang merasa pengguna BB, tapi buat saya, BB abuser ini sudah mengganggu sekali.

Nggak cuma sekali saya menemukan pesan penting di YM saya, sifatnya minta tolong atau reminder. Sebagai non-BB user saya hanya menyalakan YM saya pada saat jam kerja (Senin-Jumat 9-6) dan selebihnya off (termasuk weekend).

Alhasil, pesan tersebut yaa jadi basi aja, gitu. Saya selalu bilang, kalau ada yang penting, langsung SMS aja atau telepon.. SMS lebih baik karena saya nggak perlu mengingat setiap detil apa yang diminta, tinggal baca ulang aja pesannya. Kalaupun saya nggak langsung menjawab karena sibuk pun, empat kali empat sama dengan enam belas. Sempat nggak sempat, nanti pasti dibalas! #eaaa

Reaksinya? Yang positif adaaa, tapi yang nyebelin lebih banyak.
"Alaaaah, pake BB dong makanya! Biar bisa langsung BBM-an.."
"Ah, sayang pulsanya!" >> uhuk. plis deh.
"Gue pikir lo pake BB."

1.. 2.. 3..
Eaaaaaa!

Ada kasus lain, orang ini minta tolong menggunakan fitur mesej di fesbuk. Okelah kalau dia nggak tau nomer telepon saya, atau misalnya dia mau ngetik panjang lebar tapi tidak tahu alamat email saya.. tapi kalau minta tolongnya di wall? #EhTolongDong!

Ada lagi, minta tolong di twitter, baik mention, maupun DM. Alhasil, sekip sana sini, bok! Kalau udah kaya gitu, salah siapa? Salah gue? Salah temen-temen guwwweee?

Saya ngaku nih, saya menghabiskan waktu lebih dari setengah hari saya berhadapan dengan internet, baik di kantor (jam 9 ke jam 6 sudah 9 jam yaa..) sisanya paling twitteran di rumah yang ber wi-fi. Tapi itu nggak berarti hidup saya 24 jam sehari ada di dalamnya kan? Emangnya saya nggak ada kerjaan lain di kantor dan di rumah selain internetan?

Saya nggak mau bilang saya anti-BB atau sejenisnya, karena memang saya nggak ada masalah sama gadget tersebut ataupun penggunanya.. tetapi pergeseran mundur nilai sebuah komunikasi tersebutlah yang membuat saya antipati sama BB-abuser (Note: ga semua BB user itu BB abuser loh ya!).

Bukannya gimana ya, pake BB sih gapapa, silakan aja, tapi kalo dikit-dikit ngeluarin BB, digenggam kemana-mana, terus ngabarin, minta tolong atau apapun pake socmed, tuh, nggak keren gimana banget juga, kok.

... apalagi kalo itu ponsel pintar cuma bisa untuk internetan doang.. alias nggak punya pulsa buat SMS atau telepon... NORAK BANGET TAUKKKKKK! :p

*pis ah!

2 comments:

  1. hihi.. diluar topik "komunikasi kebablasan" ini, saya selalu seneng sekaligus kesel tiap kau teriak "eyaaaa" mendadak muka tukul lewat di otak :)

    ReplyDelete

only accept either nice comments, or silly ones ;-)