Tuesday, August 10, 2010

Desainer, dalam dilema kehidupan.

Hei, desainer!

Saya percaya, kita, para desainer dan pekerja seni visual lainnya seharusnya punya taste yang (sekali lagi, seharusnya, tapi sayangnya ngga selalu, ya, memang sayang banget) lebih baik dibanding orang yang bekerja di bidang dengan minat dan hobi yang berbeda.

Dan, di dunia nyata, di planet bumi ini (bukan di dunia desain), saya yakin kalau kita semua adalah orang-orang yang seringkali diminta advice dan opini tentang sesuatu yang berkaitan dengan estetika, yang menurut saya.. menyenangkan sekali!

Apalagi kalau yang meminta adalah orang 'awam', kita bisa nampang senampang-nampangnya, seakan-akan kita jago, padahal sih, standar aja.. HAHAHHAHAAH

Ups. Nggak lucu ya? :p

Tapiii, gimana kalo yang meminta sudah memiliki 'selera' sendiri terhadap sesuatu dan caranya menanyakan bukannya benar-benar ingin bertanya apakah benda ini bagus atau tidak, tapi seperti mencari peneguhan akan selera dia, yang tentunya, dia anggap bagus.

Tentu saja saya nggak ngomongin soal projek yang berhubungan dengan selera klien, ya? Kadang desainer bagus juga mengalami gondok karena harus menerima seleranya nggak match dengan klien yang, banyak duitnya tapi seleranya ehbuset. Yaa, duit-duit gue, suka-suka gue dong? Mungkin begitu kira-kira jeritan hati si klien.

Tapi kalau projek pribadi.... Pasti yang di keluarin selera kita dooong? Yang de bes dehhh!

But, well, selera is selera, right?
Mau tingkat ekonomi udah lompat pun, susah bo, berubahnya.

(Bukannya mau menghakimi selera seseorang ya.... sekali lagi, selera adalah selera. Yang saya anggap bagus belum tentu buat orang lain bagus, dan sebaliknya... setuju?)

Conkas..
Si A membawa hasil editan foto nya di photoshop menggunakan filter standart dan permainan typo yang eye catching, let's say, warna merah gonjreng dengan bevel emboss dan drop shadoooow.... Jangan lupa jenis font terasik sepanjang masa, Comic Sans. Tee-heeee!

Lalu dia bertanya, "Bagus kan?"

What to answer, really?

Conkas lagi nih,
Si B bilang, eh gue dapet undangan kawin temen gue, bagus banget deh.. tar lo liat ya... okelah kalo begitu.. pas dikasi liat, ehbuset, warnanya marun, dengan font script biasa, lalu dominasi warna marun (it's so last last last year, imho), dengan pengunaan board yang useless dan gak meaning....

Lalu dia berkata, "Bagus banget ya... Mahal ga sih bikin ginian.. Gimana sih buatnya? Ajarin dong...."

What to answer? What?

Lagi niich,
Mumpung nih ya, dunia fotografi lagi heboh beneeeeer, semua orang punya DSLR, dan semua orang mendadak punya usaha independen " ........ (isi nama anda) photography". Namanya juga indie, dipasarinnya lewat fb, untung-untungan deh, kali aja ada temen yang berminat. Dan hasil foto-foto iseng di masukkan dalam satu folder berjudul "Portfolio", eaaaaaaaaa!

Nanya deh doi, "keren kan?"

Padahal yang kita liat foto pemandangan yang (jelas-jelas) sudah di photoshop, warnanya fake, brightness dan contrast nya berasa banget dimainin, komposisi biasa banget. Kalau ada modelnya, komposisi gak asik, teknik standart, dan lebih parahnya lagi, ekspresi nggak dapet. Lagi-lagi, photoshopped.

Jangan lupa foto yang dikerjakan sebagai projek bantu teman yang budget-nya kecil untuk foto prewed.... dengan tampilan yang... akh, sudahlah, gak usah saya jabarkan disini ya?

What to answer? Eaaaaaaaaaaaaa!

Saya, dilema.
Saya yakin, para desainer di luar sana juga mengalami dilema yang sama dengan saya.
Gemas, ya, saya yakin.

Saya, dilema.
Saya, berjanji akan terus cari referensi terpercaya, dan belajar terus dibidang yang menghidupi saya ini supaya suatu hari saya nggak dikatain eaaaaaaaaaaaa sama situ :p

Ps. Ditulis bukan untuk ngatain siapapun, apalagi menghakimi, saya sejujurnya merasa gemas karena manusia, pada dasarnya nggak suka belajar... tapi sesungguhnya belajar itu penting banget, tauk! Maaf deh kalo menyinggung, sungguh ga maksud, tapi kalau anda merasa tersentil.... sori sori sori jek... :p :p :p

3 comments:

  1. huehuehuheue AGREE!!
    dasar indonesia budaya 'ikut arus' ya.. mau sok pake desainer tp selera masi ngikutin yg udah umum.. copycat aja, gausa pakai desainer, bener ga??
    *ngangguk2 sendiri*
    trus sok2 motret DSLR, ceritanya otodidak, tp ga ada basic komposisi dan teknik fotografi sm skali.. hasilnya potosop smua.. dan itulah yg jadi trend
    *hhh..capek*
    apalagi sbg desainer interior nih.. wah spt gada harganya desain itu!! harga di press serendah2nya utk hasil semaksimal2nya.. ga mengerti pula mereka kerja keras kita.. hny secuil org2 yg bs menghargai desain dr milyaran penduduk dunia ini, khususnya indonesia..
    *koq jd ikutan curhat sih*

    ReplyDelete
  2. @vq: ahhahahah snang ada temen curhat! wah ternyata di interior sama gilanya ya sama grafis... huk.. berjuang yah vic kt... and be fab in this ugly world!

    ReplyDelete
  3. ahhhhhhhhh. thanks wen for shouting this out :D

    ReplyDelete

only accept either nice comments, or silly ones ;-)